BAB
III SISTEM KOMUNIKASI INTERPERSONAL
I.
Pendahuluan
Manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan
sesama. Naluri merupakan salah satu yg mendasar dlm kebutuhan hidup manusia
disamping kebutuhan akan afeksi (kasih sayang), inklusi (kepuasan), dan kontrol
(pengawasan). Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut maka akan mendorong manusia utk melakukan
interaksi dengan sesamanya utk mengadakan kerja sama demi tercapai tujuan. Salah satu aktivitas
dari interaksi antar manusia adalah komunikasi interpersonal.
II.
Komunikasi
Interpersonal
A.
Pengertian
Komunikasi Interpersonal / komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih dengan interaksi secara tatap
muka ataupun bermedia, dan biasanya feedbacknya langsung diketahui dan efeknyapun
cepat diketahui.
Pengertian Komunikasi interpersonal dibedakan atas
dua yakni dalam arti luas dan sempit.
·
Komunikasi interpersonal dalam arti luas
adalah interaksi antara dua orang atau lebih tanpa mempersoalkan kenal atau
tidak dengan lawan bicaranya dan terjadi dalam seting kehidupan sosial.
Misalnya seorang wisatawan yang meminta tolong
kepada seorang polisi untuk ditunjukan arah jalan menuju obyek wisata; antara
wisatawan dengan polisi tdk saling kenal dan belum berjumpa sebelumnya.
·
Komunikasi interpersonal dalam arti
sempit adalah interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sudah
saling mengenal dengan baik, dan terjadi di lingkungan tempat kerja atau
disuatu masyarakat.
B.
Model
Komunikasi Interpersonal
Salah satu ciri yang menandai telah terjadinya
proses komunikasi interpersonal adalah interaksi (suatu tindakan yg berbalasan
atau saling pengaruh mempengaruhi). Dalam hal ini terjadi interaksi antara
komunikator (pengirim) dan komunikan (penerima) informasi mengenai obyek berupa
pesan atau informasi yg dapat dilukiskan sbb:
Nampak bahwa proses komunikasi interpersonal berawal
dari aktivitas komunikator melakukan encoding. Encoding adalah suatu
aktivitas internal pada diri komunikator untuk menciptakan pesan melalui
pemilihan simbol – simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan
aturan – aturan tata bahasa serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan. Berikutnya
komunikan menerima pesan. Aktivitas yang dikerjakan komunikan ialah decoding
yang merupakan kegiatan internal dalam diri komunikan melalui indera untuk
mendapatkan data dalam bentuk mentah berupa kata – kata dan simbol yang harus
diubah kedalam pengalaman – pengalaman yang mengandung makna. Hasil dari
aktivitas decoding adalah respon yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebuah
tanggapan balik terhadap pesan yang diterimanya. Respon dapat bersifat positif,netral maupun negatif.
Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral
berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Respon
negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan
komunikator.
III.
Komunikasi
Interpersonal Sebagai Sistem
Geoffrey Gordon (Togar Simatupang:
1995: 6) mendefenisikan sistem sebagai suatu agregasi atau kumpulan objek –
objek yang terangkai dalam sebuah pola interaksi dan saling ketergantungan yang
teratur.
Ada lima unsur utama yang terdapat dalam sistem yaitu
:
1.
Elemen – elemen atau bagian – bagian.
2. Adanya
interaksi atau hubungan antar elemen – elemen atau bagian – bagian.
3. Adanya
sesuatu yang mengikat elemen – elemen atau bagian – bagian tersebut menjadi
suatu kesatuan.
4. Terdapat
tujuan bersama sebagai hasil akhir.
5. Berada
dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Di
dalam sistem itu, terdapat komponen – komponen yang saling berpengaruh yang
sangat menentukan efektivitas kerja sebuah sistem. Ada tiga komponen sistem
yaitu input (komponen penggerak), proses (pengolah atau sistem operasi), dan
output (hasil – hasil kerja sistem).
Komunikasi
interpersonal sebagai sebuah sistem, berarti apabila dikaji secara
seksama,dalam proses komunikasi itu juga terdapat komponen input, proses dan
produk. Input adalah komponen penggerak , sumber daya awal yang menggerakkan
proses komunikasi interpersonal, misalnya harapan dan aturan ; Tubbs dan
Moss menegaskan bahwa bahwa harapan dan
aturan menggerakkan manusia untuk berkomunikasi. Selain itu elemen yang juga
menggerakkan proses komunikasi interpersonal ialah adanya persepsi
interpersonal dan konsep diri. Komponen proses berarti proses komunikasi
interpersonal itu sendiri.
Aturan
dan harapan tersebut menggerakkan komunikator dan komunikan berinteraksi.
Materi yang diinteraksikan adalah pesan.
Proses komunikasi tersebut hendak mencapai
tujuan tertentu dalam bentuk komponen produk berupa pengetahuan, sikap atau
perilaku.
Konsep
komunikasi sebagai sebuah sistem ini dapat disajikan dlm bentuk skema sbb:
Skema diatas
mengindikasikan bahwa komunikasi interpesonal merupakan interaksi interpersonal
antara komunikator dengan komunikan yg
digerakkan oleh komponen input yg terdiri dari aturan dan harapan, persepsi dan
konsep diri yg akan menghasilkan produk berupa informasi atau pengetahuan, mengubah
sikap, ataupun mengubah perilaku komunikan.
Togar
M. Simatupang menyebutkan bahwa ada dua macam sistem yaitu sistem alamiah dan
buatan.
·
Sistem alamiah adalah sistem yang telah
terbentuk dengan sendirinya yang dapat ditemui di alam bebas; misalnya sistem
ekologi, tata surya, dsb.
·
Sistem buatan adalah sistem yg
dikendalikan atau diciptakan demi tujuan tertentu.
Sistem
interpersonal termasuk dlm sistem buatan dengan alasan:
a. adanya
sistem komunikasi interpersonal karena direncanakan dan diciptakan sebagai
upaya untuk transaksi informasi.
b.
Dalam aktivitasnya,sistem
komunikasi interpersonal dikendalikan oleh pihak – pihak yg terlibat dalam
komunikasi.
IV.
Aturan
dan Harapan
Dalam bemasyarakat
pasti diberlakukan adanya aturan baik berupa nilai – nilai, norma, maupun etika
yg diacu untuk ketertiban interaksi warga masyarakat.Oleh karena itu pola
perilaku dan cara berkomunikasi setiap individu akan diwarnai oleh segala macam
aturan yg terjelma kedalam kebiasaan yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
Setiap individu
mempunyai harapan, tujuan, keinginan, dan cita – cita. Harapan dipengaruhi oleh
motivasi, pengalaman, dan kepribadian setiap individu. Aktivitas komunikasi
interpersonal yg dilakukan individu senantiasa terkait dan tergerakkan oleh
harapan.
Aturan dan harapan menjadi input
yang mengerakkan individu melakukan komunikasi interpersonal. Harapan perlu
dipandu dengan aturan jika tidak, maka akan cenderung mendorong manusia untuk
serakah, melakukan berbagai hal untuk mengejar keuntungan sendiri dan
mengabaikan hak orang lain.
Pola
hubungan harapan dan komunikasi interpersonal dapat dilukiskan sbb :
|
|
Melalui
proses belajar secara berkesinambungan setiap manusia akan menganut suatu nilai
yang diperoleh dari lingkungannnya. Nilai – nilai itu akan diimplementasikan
dlm bentuk “kebiasaan” yaitu pola perilaku hidup sehari – hari. Pola perilaku
seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain akan dipengaruhi oleh nilai –nilai,
norma dan etika yang didapat dari lingkungannya.
Setiap
individu memiliki harapan dan aturan yang berbeda dengan yang lain, maka akan
menghasilkan karakter cara berkomunikasi interpersonal setiap individu bersifat
unik, khusus, dan berbeda dengan orang lain. Meskipun berasal dari keluarga
yang sama karakter seseorang tidak sama persis dengan anggota keluarga lainnya
karena lingkungan sosial tdk terbatas pada keluarga tapi teman sebaya,
masyarakat, sekolah, media massa dan sebagainya.
Aturan
dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karena seluruh perbendaharaan perilaku
kita sangatbergantung pada aturan – aturan yang kita dapat dari lingkungan
tempat kita tinggal. Konsekuensinya aturan menjelma menjadi landasan
pertimbangan berkomunikasi yaitu cara berkomunikasi dipandu oleh aturan
mengenai benar - salah, dan baik - buruk.
Kittty
O. Locker (2004: 297) mengatakan cara berkomunikasi seseorang dipengaruhi oleh
norma sosial budaya yang bersumber dari national culture, organizational
culture, dan personal culture.
National
culture berkaitan dengan pola hidup dalam lingkungan kebangsaan (negara),
organizational culture berkaitan dengan pola hidup dalam lingkungan organisasi,
personal culture berkaitan dengan pola hidup dalam kehidupan pribadi, dimana
dalam semua lingkungan itu senantiasa menginternalisasikan norma – norma sosial
budaya tertentu yang dijunjung tinggi semua warganya.
Budaya
bangsa ingin membentuk karakteristik pola budaya yang membedakan budaya yang
satu dengan yang lainnya. Misalnya norma budaya orang Indonesia berbeda dengan
norma budaya orang Arab dlm hal memegang anggota tubuh. Menurut orang Indonesia
memegang kepala yg lebih tua dianggap tidak sopan sedangkan orang Arab
menyepakati bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain adalah bokong.
Setiap
organisasi juga memberlakukan norma budaya yang khas untuk membentuk identitas
perilaku warganya. Berbeda organisasi berbeda pula tatanan perilaku yang
dibinanya. Misalnya organisasi militer dgn organisasi sipil yang berbeda dalam
cara hal memberi hormat.
Aturan
yang ada di masyarakat beranekaragam, oleh karena itu praktik – praktik
komunikasipun beraneka ragam. Risikonya adalah terjadinya parameter benar-salah
dan baik buruk dalam diri satu orang dengan yang lainnya; menurut saya benar
dan baik sedangkan menurut anda salah atau buruk. Contoh : aturan yang dipegang
oleh orang Jawa adalah bahwa mereka
menggunakan bahasa yang berbeda ketika berbicara dengan orang tua dan dengan
teman. Ada bahasa yang halus, sedang dan kasar. Jadi kepada orang tua kita
harus menggunakan bahasa yang halus, sdgkan kepada teman sepermainan tidak
masalah bila disepakati menggunakan bahasa yang kasar.
Masalah
komunikasi verbal, kadang – kadang menjadi serius ketika yang saling
berkomunikasi adalah orang – orang yang memiliki latar belakang sosial budaya
yang besar. Misalnya orang Jawa dan Sunda. Ungkapan verbal yang di Jawa
dianggap halus, di Sunda justru kasar.
Ketika
kita menggunakan bahasa daerah, sifat bahasa daerah juga mengandung derajat
tata krama berkomunikasi dan memaksa kita untuk mencermati dan mengidentifikasi
siapa yang berkomunikasi dengan kita. Sebab kalau salah dalam penerapannya,
akan dipersepsi sebagai orang yang tidak peduli tata krama dan membuat kita
menjadi malu.Oleh karena itu banyak orang Jawa dan Sunda lebih memilih
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia karena takut melakukan kesalahan
tersebut.
V.
Persepsi
Persepsi adalah
memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi yang
tertangkap oleh alat indera.
Persepsi interpersonal adalah
memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (partner
komunikasi), yang berupa pesan verbal maupun non verbal.
Persepsi berperan
sangat penting dalam keberhasilan komunikasi; artinya kecermatan dalam
mempersepsi stimuli inderawi mengantarkan kepada keberhasilan komunikasi,
sebaliknya kegagalan dalam mempersepsi stimuli menyebabkan mis – komunikasi.
Oleh karena itu dapat dikatakan persepsi adalah inti komunikasi.
Pemahaman kita akan dunia diperoleh melalui indera.
Mata menangkap stimuli karena melihat, telinga mendengar, lidah merasakan,dan
seterusnya.
Proses indera menangkap stimuli dinamakan “sensasi”.
Agar stimuli memiliki makna,pikiran dan perasaan maka dilakukan persepsi.
Semua penafsiran kita mengenai suasana lingkungan,
gambar, peralatan rumah tangga, atau perilaku orang lain memiliki basis yang
sama yakni berdasarkan proses persepsi.
Manusia memiliki lima (panca)
indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, peraba bahkan ada yang
mengatakan manusia memiliki “indera keenam” yaitu insting, naluri, nurani.
Semua indera bekerja tanpa diperintah artinya ketika ada bunyi telinga langsung
mendengar. Ketika kita berhadapan dengan orang lain, maka keenam indera kita
segera bekerja untuk mempersepsi perilaku dan karakteristik orang yang kita
hadapi.
Mempersepsi orang lain itu tidak
mudah. Persepsi kita terhadap orang lain sering terikat oleh konteks, dengan
demikian persepsi dapat bisa, dapat keliru. Kadang - kadang kita dihadapkan
pada fenomena dimana seseorang sengaja membuka kesempatan dipersepsi oleh orang
lain.Salah satu contohnya yaitu seorang pria berbadan kekar dengan tato di
sebagian besar tubuhnya, menggiring persepsi kepada kesimpulan yang bermacam –
macam, misalnya bahwa orang tersebut adalah preman, petugas keamanan, pengawal
dan lain sebagainya.
Sering
kita menyaksikan orang memodifikasi plat nomor kendaraannya, untuk
memperngaruhi persepsi orang sehingga mengarah pada terbentuknya “jati diri”
pemilik kendaraan tersebut. Misalnya D 14 NA dibaca Diana, AB 1537 A dbaca
Abiseta, yg menunjuk nama pemilik kendaraan.B 20 P adalah nomor kendaraan
Bambang Pamungkas seorang pemain persija dengan nomor punggung 20. AB 1514
dibaca ISIA singkatan Ikatan Sarjana
Ilmu Administrasi. G 160 LO dibaca gigolo, Apakah pemiliknya adalah benar – benar seorang gigolo?
Kesulitan
bahkan kesalahan persepsi kadang – kadang juga terjadi manakala isyarat yang
ditransaksikan berupa istilah dan singkatan yang diplesetkan. Misalnya meriang
: merindukan kasih sayang, setia : selingkuh tiada akhir, gpl : gak pake lama,
bro : brother, dan sebagainya.
Persepsi
menghasilkan makna. Suatu pesan itu terdiri dari simbol – simbol atau isyarat –
isyarat yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna baru timbul jika kita
menafsirkan simbol tersebut. Misalnya
sembilan huruf yang membentuk kata “perempuan”. Apa makna kesembilan
huruf itu bagi kita? Perempuan bermakna jenis kelamin. Jika ditambah satu kata
didepan maupun dibelakang kata tersebut
misalnya sepeda perempuan, bibir perempuan, perempuan malam, perempuan murahan,
perempuan besi dan sebagainya akan ditemukan makna yang berbeda – beda kalau
ditafsirkan. Apalagi kalau anda seorang laki – laki kemudian teman anda
menyebutkan bahwa anda seperti perempuan, apakah maknanya? Dan bagaimana respon
anda? Adapun ungkapan lain yang maknanya merupakan ekspresi kejengkelan
terhadap perempuan. Contoh dibelakang truk pengangkut pasir, tertulis persepsi
sang pemilik truk yang diungkapkan dalam bahasa jawa, “wong wedok gawe bobrok
liyane simbok”. Artinya kurang lebih : perempuan pembawa kehancuran, selain
ibu. Jadi ungkapan ini menyatakan kejengkelan kepada perempuan. Contoh ini
menunjukan bahwa bahwa dimata para lelaki perempuan itu memiliki makna yang
berbeda – beda.
Untuk melakukan
persepsi terhadap orang lain, diperlukan “kecermatan”. Harapannya adalah agar
kita dapat mengerti dan memahami orang itu secara benar. Jika persepsi benar,
maka akan menjadi modal yang penting untuk keberhasilan komunikasi
interpersonal.
Hubungan
sensasi persepsi dan komunikasi dapat digambarkan sbg berikut :
Indera
manusia menangkap stimuli (melakukan sensasi), kemudian stimuli itu dipersepsi
menghasilkan makna. Kalau makna yang dihasilkan benar, maka akan mendukung
keberhasilan proses komunikasi. Dengan kata lain, kendala komunikasi dapat
berawal dari kekeliruan memberi makna dari persepsi tersebut.
A.
Dua
Jenis Filter
Kemampuan kita dalam
menyerap stimuli dengan inderawi terbatas, sehingga kita tidak mungkin dapat
mengumpulkan seluruh informasi tentang karakteristik orang lain secara lengkap.
Minat kitapun berbeda – beda, sehingga yang memperoleh perhatian inderawi juga
hanya sesuatu yang diminati.
Stimuli yang kadang - kadang penting, tidak
diperhatikan karena kita tidak berminat. Misalnya, kita sedang membaca koran,
pada saat yang sama banyak stimuli yang menerpa seperti : adik kita sedang
bertengkar, tetangga sedang lewat depan rumah, televisi menyiarkan berita.
Namun perhatian kita hanya terkonsentrasi pada pembaca koran. Stimuli lain
diabaikan. Dengan demikian setiap orang hanya memperhatikan sebagian dari
stimuli yang tersedia sekaligus mengabaikan stimuli lainnya dengan memanfaatkan
filter. Ada dua jenis filter yang dilalui semua masukan atau sensasi yaitu
filter fisiologis dan filter psikologis.
·
Filter fisiologis menunjuk pada kondisi
dimana perhatian hanya tertuju kepada hal – hal yang menarik indera dalam
menangkap obyek secara fisik. Misalnya penglihatan hanya terfokus memperhatikan
yang nampak indah, pendengaran hanya akrab dengan suara yang lembut, dan
sebagainya.
·
Filter psikologis akan membatasi
perhatian terhadap stimuli yang berkenan dengan pertimbangan psikologis yang
dimiliki, misalnya kita lebih memperhatikan orang yang senasib dengan kita
saja.
B.
Gunung
Es Karakteristik manusia
Karakteristik manusia
dapat dikatakan sebagai sesuatu yang misteri karena sebagian indikator karakter
tersebut ada yang tidak dapat ditangkap dengan indera. Seperti gunung es, yang
kelihatan hanya sedikit, sedang yang tidak kelihatan karena berada di dalam air
laut sangat banyak. Bongkahan gunung es memiliki enam sampai tujuh kali massa
dibawah permukaan air lebih banyak dari pada diatas, namun pada gunung es ada
bagian yang tersembunyi. Ini sama dengan perilaku dan karakteristik manusia.
Menafsirkan perilaku/
mempersepsi orang lain, seperti halnya menghadapi gunung es, bahwa hal yang
kelihatan dari orang lain lebih sedikit dibandingkan dengan hal yang tidak
kelihatan. Hal yang kelihatan seperti : pakaian, asesoris, dandanan, potongan
rambut, bahasa, postur tubuh, apa yang diucapkan, apa yang dilakukan. Hal yang
tidak kelihatan sangat benyak seperti : harapan, norma, stratifikasi,
keyakinan, motivasi, moralitas, keberhasilan, kepuasan, dan sebagainya.
Mempersepsi karakteristik seseorang akan berhadadapan dengan aspek : fisik dan
mental, lahiriah dan batiniah, jasmani dan rohani, sesuatu yang kelihatan dan
tidak kelihatan. Jadi mempersepsi orang jauh lebih sulit dari pada mempersepsi
obyek (benda) yang dapat dilihat dalam tabel berikut :
Mempersepsi Obyek
|
Mempersepsi Manusia
|
Stimuli ditangkap oleh indera
|
Tidak seluruh stimuli dapat ditangkap
oleh indera
|
Hanya menanggapi sifat – sifat luarnya
saja
|
Harus memahami apa yang tidak tampak dan tidak
tertangkap oleh indera
|
Ketika ditafsir, obyek diam (tidak
bereaksi)
|
Bereaksi secara dinamis ketika ditafsirkan. Reaksi
itu dapat mengelabuhi dan membelokkan ketepatan dan kecermatan persepsi.
|
C.
Persepsi
Sebagai Inti Komunikasi
Persepsi disebut inti
komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat, maka tidak mungkin bisa
berkomunikasi secara efektif. Persepsi menentukan dalam hal memilih suatu pesan
dan mengabaikan pesan lain, memilih seorang teman dan mengabaikan teman lain.
Cara berkomunikasi
secara interpersonal sangat dipengaruhi oleh persepsi terhadap partner
komunikasi. Jika persepsi positif terhadap seseorang, maka komunikasi dapat
dilakukan dengan nyaman. Jika persepsi negatif terhadap seseorang, maka harus
berusaha membatasi diri sehingga tidak berkomunikasi terlalu mendalam.
Persepsi merupakan
proses internal yang dilalui individu dalam menyeleksi, dan mengatur stimuli
yang ditangkap oleh indera dari luar, dan secara spontan pikiran dan perasaan
akan memberi makna atas stimuli tersebut.
Secara sederhana
persepsi merupakan proses individu dalam memahami kontak atau hubungan dengan
dunia sekelililingnya. Informasi atau stimuli ditangkap oleh indera dengan cara
mendengar, melihat, mencium, dan merasa yang kemudian dikirim ke otak untuk
dipelajari dan diinterprestasikan.
D.
Teori
Spiral Kesunyian
Teori ini diperkenalkan
oleh Elizabeth Noelle-Neumen (guru besar ilmu komunikasi dari Institute fur
Publizistik Jerman) melalui tulisannya yang berjudul The Spiral of Silence pada
tahun 1984. Teori ini berkaitan dengan bagaimana terbentuknya pendapat umum
maupun pendapat pribadi, setelah dalam diri seseorang memperoleh terpaan
informasi dari komunikasi massa, komunikasi interpersonal dan persepsi
individu.
Menurut teori ini,
individu pada umumnya berusaha untuk menghindari isolasi sendirian,
mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Individu – individu tersebut akan
mengamati lingkungannya, memperhatikan opini – opini di media massa,
mempertimbangkan hasil komunikasi interpersonal dengan individu lain, dan juga
tidak melupakan persepsi individu/ persepsi pribadi. Setelah semuanya
dipelajari maka akan dapat disimpulkan pandangan – pandangan yang bertahan atau
yang paling populer, sehingga pendapat yang populer ini akan menjadi pendapat
umum. Setiap Individu memiliki
kecenderungan “konformitas” yaitu akan merasa lebih nyaman apabila berpendapat
atau beropini sesuai dengan pendapat atau opini mayoritas (dominan). Oleh
karena itu banyak orang akan memilih mengubah pendiriannya, tidak mau berbeda
sendirian, dan juga tidak mau merasa sendiri. Misalnya seseorang yang menjadi
anggota masyarakat baru (pendatang) di sebuah lingkungan masyarakat.
Teori spiral kesunyian
menitikberatkan peran opini dalam interaksi interpersonal dan interaksi sosial.
Opini publik yang dikategorikan sebagai “isu kontroversial” akan berkembang
cepat apabila disebarluaskan melalui media massa, dan diperhebat dengan
komunikasi berantai antara satu orang kepada orang lain secara interpersonal.
Hal ini berarti telah terjadi persaingan dan pertempuran antara satu opini dengan
opini lain dalam setiap pikiran masyarakat. Opini masyarakat dibentuk, disusun,
ditambah, dikurangi, diubah oleh peran media massa, dan komunikasi
interpersonal.
E.
Teori
Konvergensi
Teori konvergensi
(convergence theory of communication) mengasumsikan bahwa komunikasi sebagai
proses penciptaan dan pembagian bersama informasi untuk tujuan mencapai saling
pengertian bersama (mutual understanding) antara pelakunya. Komunikasi
interpersonal sebagai proses konvergensi dilihat tidak sebagai komunikasi yang
berlangsung secara linear dari sumber kepada penerima, melainkan sebagai sirkel
atau melingkar (cyclical) artinya pihak – pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi berganti – ganti peran sebagai sumber ataupun penerima, sampai
akhirnya mencapai tujuan, kepentingan atau pengertian bersama.
Pola komunikasi
interpersonal model konvergensi, berpengaruh pada obyektivitas persepsi
seseorang kepada yang lain; artinya ada perubahan persepsi antara sebelum dan
sesudah proses komunikasi. Misalnya persepsi kita bahwa semua orang kaya itu
arogan; tetapi setelah menjalin komunikasi interpersonal dengan orang kaya yang
dermawan persepsi kita dapat berubah. Jadi komunikasi yang berlangsung secara
sirkel, melingkar, berulang, dan berkelanjutan dapat mengubah persepsi kita
pada orang lain.
Intinya, komunikasi interpersonal yang
berkesinambungan akan membawa dampak kepada perubahan persepsi di kedua belah
pihak.
VI.
Konsep
Diri
Jalaluddin Rakhmat
(1996: 99) mendefenisikan konsep diri sebagai gambaran dan penilaian diri kita,
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita sendiri; atau bagaimana kita
dapat mengenali diri kita sendiri?
Charles Horton Cooley
mengemukakan teori yang bernama looking glass self (melihat diri dengan
bercermin) artinya, bahwa setiap orang dapat mengenali dirinya sendiri, dengan
cara seolah – olah orang menaruh cermin didepannya, dan dengan demikian maka
profil diri orang itu dapat dikenalinya. Istilah “cermin” dlm hal ini berarti
kiasan saja yang menunjukan pada orang lain. Maka dari itu kita berhadapan
dengan orang lain untuk menanyakan penilaian mengenai diri kita. Jadi penilaian
orang atas diri kita itulah gambaran yang obyektif tentang diri kita
berdasarkan sudut pandang orang lain.
Konsep diri merupakan
faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap
orang melakukan tindakan dilandasi oleh konsep diri. Misalnya jika kita tidak suka dipanggil dengan nama
parapan, maka kita tidak akan memanggil teman kita dengan nama parapan.